Posted on Leave a comment

Asmat lumbung sagu, tetapi mengapa ada kasus gizi buruk?

Asmat lumbung sagu, tetapi mengapa ada kasus gizi buruk?

Sebelum berangkat liputan ke pedalaman Asmat, kami diberi nasihat oleh Aloysius Murwito, Uskup di Keuskupan Agats.

Dia mengharap saya dan videografer Dwiki Marta membeli beberapa kilogram beras dan pangan lainnya untuk diberikan kepada warga ke Kampung As dan Atat di pedalaman Asmat, Papua Selatan.

“Buat warga di sana, mereka membutuhkannya,” ujar Uskup Murwito akhir Oktober 2023 lalu.

Pagi itu kami juga membawa gula putih beberapa kilo, kopi bubuk hingga minyak goreng. Semuanya kami beli di pasar kota Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, sebelum meninggalkan dermaga kecil di Agats.

Tiba di tempat tujuan, bahan pangan itu kami titipkan kepada Pastor Pius Apriyanto Bria, perwakilan Keuskupan Agats di dua kampung itu. Sang pastor tinggal di rumah kayu sederhana tak jauh dari dermaga.

Nyaris setiap hari bangunan rumah milik Keuskupan Agat itu didatangi warga setempat. Ada yang meminta makan, pinjaman uang, obat-obatan, atau nasihat kepada Pastor Yanto – panggilannya.

Di sanalah sambil beristirahat, kami disuguhi dua atau empat kerat sagu kering berbentuk bujur sangkar.

“Silakan dicoba, makanan sagu paling banyak dikonsumsi warga sini,” kata Pastor Yanto. Tidak ada rasanya, kataku dalam hati, usai mengunyahnya seiris.

Potongan sagu itu kemudian kami lupakan. Sejumlah warga kampung kemudian membantu memasak beras dan https://www.photomalang.com/ lauk lainnya.Mereka menyajikannya di meja di ruangan tengah. Kami lantas makan bersama tapi tanpa sajian penganan yang berbasis sagu.

Sajian menu makan siang di atas meja makan itu belakangan mengingatkan saya tentang isu pangan lokal dan kasus gizi buruk di Asmat pada 2018.

Seperti diketahui, sagu adalah pangan utama masyarakat Papua, namun secara perlahan sebagian mereka mulai meninggalkannya dan bergeser mengonsumsi beras.

Ini agak ironi karena Papua adalah hutan sagu terluas di dunia.

Lantas mengapa Asmat yang merupakan lumbung sagu – selain ikan yang berlimpah di sungai-sungainya – masih ditemukan kasus-kasus gizi buruk?

Ada banyak teori dan asumsi berbeda di baliknya. Ada yang beranggapan pangan lokal – misalnya sagu – dapat meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tertentu. Namun ini tidak berjalan karena rendahnya kemampuan produksi pangan lokal.

Tapi ada pula anggapan masih ditemukannya kasus gizi tidak terlepas dari pemahaman masyarakat yang rendah tentang makanan bergizi. Ini setidaknya yang diutarakan Sarni Rante Allo Bela, pakar gizi dari Universitas Cenderawasih.

“Kita mengatakan bahwa pangan itu tersedia [di Papua]. Di Papua, apa yang tidak tersedia? Semua tersedia,” kata Sarni kepada kami awal November 2023 lalu.

Kami bertemu dan mewawancarai Sarni di kampusnya di Sentani, Kabupaten Jayapura, setelah melakukan liputan ke pedalaman Asmat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *